Ketika huruf-huruf menari di ujung jemari sebab kenangan di tepi ingatan...
Jumat, 29 November 2013
Ketika Kau Berbalik Pergi
Minggu, 24 November 2013
Surat Cinta (?) yang Tak Akan Pernah Sempat Dibaca (2)
Jumat, 22 November 2013
Surat Cinta yang Terlambat
Kamis, 21 November 2013
Ssttt! Ini Rahasia
Senin, 18 November 2013
Surat Cinta yang Tak Akan Pernah Sempat Dibaca
Malam itu aku tak sedang mengharapkan sebuah lagu, pun satu pertemuan yang terburu. Malam itu aku hanya tahu lima detik ketika yang berhenti adalah waktu. Malam itu, Tuan, aku ingin berjaga pada setiap pikiran dunia bahwa waktu terus berjalan. Sebab lima detik itu, Tuan, duniaku stagnan. Diam menelusur ujung matamu lewat retinaku yang salah jalur.
Malam itu aku tak sedang membayangkan sebuah romansa, pun bergejolaknya rasa. Malam itu aku hanya tahu lima menit berselang sampai gitarmu datang. Malam itu, Tuan, aku ingin mengalah pada setiap marah perihal irama yang memelan. Sebab lima menit itu, Tuan, duniaku stagnan. Diam menyusup di jeda lelampu yang redup.
Malam itu, terima kasih untuk sebuah lagu. Dan memanggil kenanganku dulu. Malam itu, kuingat kau sebagai hadiah. Mengelus perihku dengan indah.
Terima kasih, kau Tuan berbaju merah.
Luwuk, 16 November 2013
Bukan Aku Lagi
kau bangunkan dengan gelitikan
sementara aku terus menahan senyuman
membuka lebar hati dengan hati-hati
Bukan aku lagi yang pada siang hari
terjebak dalam kertas-kertas yang menyilaukan
lalu dicarimu aku di bagian kata-kata yang terlupakan
ucapan selamat siang lebih dari sebuah yang tanpa arti
Bukan aku lagi yang pada sore hari
melepas segala panas dengan satu hembusan
dan kau damaikan dengan senyuman
terus begitu hingga matahari bunuh diri
Bukan aku lagi yang pada malam hari
istirahatkan kepala di bawah bayangan
mimpi yang semakin jadi harapan
satu yang kurasa tak akan pernah mati
Lalu mati.
Ternyata mati.
Bukan aku lagi.
Ternyata dia kini.
Kantor, 19 November 2013
Kamis, 07 November 2013
Tentang Kata dalam Saku
Ini adalah sebuah kemungkinan yang
terlalu sering benar
Bahwa yang memendam enggan padam
pada pasrah yang gundam
Dan permainan selalu temukan
celah untuk hancur di
sela guruh yang paling pelan
Ini adalah sebuah kemungkinan yang
bisa jadi benar
Bahwa pada setiap lengang aku meradang
Luka menyembuh enggan
Dan kau memikat gelak
tanpa mengerti cara mengelak
Ini adalah sebuah kemungkinan yang
pada akhirnya benar
Bahwa di belakang tirai rindu merinai
diam diam serupa gerimis
berjinjit tenang meredam bengis
Menyengsarakan kepala tentang
menyegerakan pahala yang
masih di bawah bayang
Ini adalah sebuah kemungkinan yang
lebih baik tak benar
Sebab hati
pada akhirnya nanti
akan temukan jalan pulang sendiri
di suatu pagi
Mengecap suci
Mengecup dahi
Sampai saat itu saja, tuan
biarkan ini berjalan, pelan