Seikat saja, katamu
padahal kau jelas tahu
aku peracau di udara dingin
mengulang namamu sebanyak angin
seakan mantra pembawa hangat
merindu dekap sungguh sangat
Pun lututku jatuh di ketinggian
menyulap sendi semata hiasan
belulang rapuh perlahan ke tanah
menjabat debu begitu pongah
Lalu punggungku, sayang
entah kenapa membenci bumi
membawa segenap dada menuju tepi
apa yang sanggup kubawa pergi
sebatas tubuh dan seikat sunyi
Tapi kau sebut cintaku dalam titah
demi mahkotamu menjelma indah
juga perihal abadinya kita
kau ucap bahkan tanpa tanda tanya
"Edelweis itu di dinding tebing, Sayang."
Segara Anak - Plawangan Sembalun, 29 Oktober 2014