Minggu, 01 Februari 2015

Januari dan Hal-Hal yang Terlalu Dini untuk Selesai

Dear Fajar,

Kau tahu betapa gilanya aku, kan? Rela mengulur waktu demi mendekap Januari lebih lama. Begitulah aku semalam tadi. Terjaga sampai di angka dua, persis sebulan lalu.

Beberapa hal ditakdirkan untuk tak pernah dilahirkan. Mendekam saja dalam rahim-rahim ketidakpastian yang dipelihara kecemasan juga setumpuk pertanyaan. Begitulah aku semalam tadi. Mengekang pernyataan atas nama keegoisan, persis sebulan lalu.

Salahkan aku, Fajar. Untuk semua musim hujan kita, salahkan aku. Ini persis sama sebulan yang lalu. Juga bertahun-tahun yang lewat. Aku menolak mengaku bahkan jika hatiku harus melarat. Sampai akhirnya kau alpa di barisan kotak masuk surat-suratku, aku tahu kita selesai. Tapi, kali ini bantu aku merendahkan hati. Sebab dengannya baru saja dimulai. Aku tak mau menangis terlalu pagi.

4 komentar:

  1. Semangat, Kak! Kadang-kadang kita juga harus merelakan sesuatu berlalu dan menyimpan hal-hal yang manis. Semoga tetap kuat ya :))
    Salam kenal dari Ashima. Hehehe.

    BalasHapus
  2. Jarang-jarang nemu surat puitis gini, hebat kak :)

    BalasHapus